Minggu, 18 Oktober 2015

El Nino dan La Nina

EL NINO
1.         Asal Mula El Nino
El Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “anak lelaki”. Sejarahnya, pada abad ke-19 nelayan Peru menyadari terjadinya kondisi menghangatnya suhu lautan yang tidak biasa di wilayah pantai Amerika Selatan, dekat Ekuador dan meluas hingga perairan Peru. Hal ini terjadi di sekitar musim Natal pada setiap tahun. El-Nino adalah kondisi abnormal iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah (dipantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi dari rata-rata normalnya. Pada tahun-tahun normal, air laut dalam yang bersuhu rendah dan kaya akan nutrisi bergerak naik ke permukaan di wilayah dekat pantai.
Kondisi ini dikenal dengan upwellingUpwelling ini menyebabkan daerah tersebut sebagai tempat berkumpulnya jutaan plankton dan ikan. Ketika terjadi El Nino upwelling menjadi melemah, air hangat dengan kandungan nutrisi yang rendah menyebar di sepanjang pantai sehingga panen para nelayan berkurang. Istilah ini pada mulanya digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang terkadang mengalir dari utara ke selatan antar Pelabuhan Paita dan Pacasmayo. Padahal biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut karena naiknya massa air di bawah permukaan air laut ke permukaan air laut (upwelling). Kejadian ini  kemudian semakin sering muncul yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun serta dapat mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari satu tahun. El-Nino sering disebut fase panas (warm event) di samudera pasifik ekuatorial bagian tengah dan timur. El-Nino  diindikasikan dengan beda tekanan atmosfer antara Tahiti dan Darwin atau yang disebut Osilasi Selatan. Disebut demikian karena keduanya terletak di belahan bumi bagian selatan. El-Nino  ditandai dengan indeks osilasi/Southern Oscillation Index (SOI) negatif, artinya tekanan atmosfer Tahiti lebih rendah dari pada tekanan diatas darwin.
2.         Terjadinya El Nino
Ketika terjadi El-Nino angin pasat timuran melemah. Angin berbalik ke barat dan mendorong wilayah potensi hujan ke barat. Hal ini menyebabkan peruabahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah perairan pasifik tengah, pasifik timur, dan amerika tengah. Selain itu air laut bersuhu rendah yang mengalir di sepanjang pantai selatan amerika dan pasifik timur berkurang atau bahkan menghilang sama sekali. Wilayah pasifik tengah, pasifik timur menjadi sehangat pasifik barat.
3.         Kondisi El Nino
·           Kondisi Normal :
Pada tahun-tahun normal, Suhu Muka Laut (SST) di sebelah Utara dan Timur Laut Australia ≥ 28°C sedangkan SST di Samudra Pasifik sekitar Amerika Selatan ± 20°C (SST di Pasifik Barat 8° - 10°C lebih hangat dibandingkan dengan Pasifik Timur).
·           Kondisi Netral :
Angin di wilayah Samudra Pasifik di sekitar ekuator ( Angin Pasat Timuran) dan air laut di bawahnya, mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran ini sedikit berbelok ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.

4.         Intensitas El Nino
Berdasar intensitasnya El Nino dikategorikan sebagai :
a.         El Nino Lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator  + 0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
b.        El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator  + 1,1º C s/d 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
c.         El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator  > 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.

5.         Mendeteksi El Nino
El Nino adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi kehidupan di wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun. Meskipun rata-rata El Nino terjadi setiap tiga hingga delapan tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 18 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap. Kenyataan ini membuat El Nino sulit diprakirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. Namun demikian secara umum terdapat dua parameter yang biasa digunakan untuk mendeteksi terjadinya El Nino :
1.        SOI (Indeks Osilasi Selatan)
SOI adalah nilai indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan Darwin-Australia, secara matematika dirumuskan dengan:
·           Pdiff      : Selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
·           Pdiff       : Rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
·           SD(Pdiff): Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud El Nino dideteksi ketika nilai SOI negatif selama periode yang cukup lama (minimal tiga bulan).
2.      Suhu Muka Laut (SST)
El Nino terutama ditandai dengan meningkatnya suhu muka laut di Pasifik Ekuator, SST ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya dan penyimpangan di daerah tersebut bernilai positif.

6.         Dampak El-Nino Terhadap Kondisi Cuaca Indonesia
Fenomena El-Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah indonesia berkurang. Tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El-Nino tersebut. Namun, karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El-Nino. El-Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Kekeringan dan kebakaran hutan terparah terjadi pada tahun 1977. Kebakaran tersebut menimbulkan polusi udara yang menyebar hingga ke negara-negara tetangga seperti malaysia, Brunei, Filipina dan Thailand.

7.         Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global :
·           Angin pasat timuran melemah
·           Sirkulasi Monsoon melemah
·           Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Indonesia, Amerika Tengah dan amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.
·           Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca cenderung hangat dan lembab.

LA NINA
1.         Asal Mula La Nina
Dalam bahasa latin La Nina berarti "gadis cilik". La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru – ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino, La Nina tidak dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap.

2.         Proses Terjadinya La Nina
Pada saat terjadi La Nina angin pasat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat ( Sirkulasi Walker bergeser ke arah Barat ). Sehingga massa air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas dan menggantikan massa air hangat yang berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling. Dengan pergantian massa air itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari nilai normalnya. La Nina umumnya terjadi pada musim dingin di Belahan Bumi Utara Khatulistiwa

3.         Intensitas La Nina
Intesita La Nina yang dilihat dari anomali suhu muka laut (SST) :
·           La Nina Lemah , yang ditetapkan jika SST bernilai <- 0.5 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
·           La Nina sedang, yang ditetapkan jika SST bernilai antara - 0.5 s/d -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
·           La Nina kuat, yang ditetapkan jika SST bernilai > -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.

4.         Kondisi Suhu Muka Laut La Nina
Jumlah air laut La Nina bertemperatur rendah yang mengalir di sepanjang Pantai Selatan Amerika dan Pasifik Timur meningkat. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi lebih dingin dari Pasifik Barat. Ketika terjadi La Nina Angin pasat Timuran menguat, sehingga massa udara dingin meluas hingga Samudera Pasifik bagian tengah dan Timur. Ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Barat.

5.         Mendeteksi La Nina
Meskipun rata-rata La Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 36 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap sehingga sulit diprakirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. La Nina adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun. Namun demikian secara umum terdapat tiga parameter yang biasa digunakan untuk mendeteksi terjadinya La Nina :

1.       SOI (Indeks Osilasi Selatan)
SOI adalah nilai indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan Darwin, Australia dengan :
·           Pdiff    : Selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata  SLP Darwin
·           Pdiff    : Rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
·           SD(Pdiff ): Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud La Nina dideteksi ketika nilai SOI positip  selama periode yang cukup lama (setidak-tidaknya tiga bulan).
2.    STT (Suhu Muka Laut)
La Nina ditandai dengan mendinginnya suhu muka laut di Pasifik Equator. SST lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya. Penyimpangan suhu muka laut di daerah tersebut bernilai negatif.
3.       Angin passat
Selama kejadian La Nina, angin pasat timur menguat. Perairan di sekitar Indonesia dan Australia menjadi lembab dan basah

6.         Dampak La Nina
La Nina merupakan fenomena cuaca skala global dan mempengaruhi kondisi iklim di berbagai tempat.
·      Dampak La Nina terhadap kondisi cuaca global
1.    Angin pasat timuran menguat
2.    Sirkulasi Monsoon menguat
3.    Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Pasifik bagian timur. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.
4.    Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Barat seperti Indonesia, Malaysia dan Australia bagian Utara. Cuaca cenderung hangat dan lembab.
·      Dampak La Nina Terhadap Kondisi Cuaca Indonesia
Fenomena La Nina menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia , bahkan sangat berpotensi menyebabkan terjadinya banjir. Peningkatan curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas La Nina tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La Nina.

Fenomena La Nina ditandai dengan menurunnya SPL (suhu permukaan laut) di zona Nino 3.4 (anomali negatif) sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Karena sifatnya yang dingin ini, kedatangannya juga dapat menimbulkan petaka di berbagai kawasan khatulistiwa, termasuk Indonesia. Curah hujan berlebihan yang menyertai kedatangan La Nina dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Indonesia. Jadi, dua “lakon” di panggung Samudera Pasifik ini sama-sama menakutkan. Yang satu menyebar petaka kekeringan, sementara yang lain memberi ancaman banjir.

HIDROSFER

HIDROSFER
Hidrosfer berasal dari kata hydro artinya air dan sphaira/ sphere artinya lapisan, hidrosfer adalah bagian lapisan air yang menutupi atau berada dalam bumi kita. Ilmu khusus yang mempelajari air di wilayah daratan dinamakan hidrologi. Hampir tiga perempat bumi tertutup oleh air seperti pada samudera, laut, danau, sungai, rawa, kolam, penampungan air, dan sebagainya, termasuk di atmosfer dalam wujud gas. Jumlah total air di bumi termasuk cairan, gas dan es sekitar 336 juta mil kubik (1,4 miliar kilometer kubik), dan sebanyak 97,2% berada di samudera. Gejala air yang tersebar di permukaan bumi disebut hidrosfer.
A.   SIKLUS HIDROLOGI
1.    Siklus Pendek

images (2).jpg
merupakan suatu proses peredaran air dengan jangka waktu yang relatif cepat. Proses ini biasanya terjadi di laut. Air laut mengalami evaporasi (penguapan), karena adanya panas dari sinar matahari. Uap air dari evaporasi naik ke atmosfer sampai pada ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi sehingga terbentuk awan. Ketika awan sampai pada kondisi titik jenuh akibat mendapat pemanasan matahari, maka akan mencair lagi jatuh sebagai presipitasi/ hujan di atas laut. Air yang turun ini kembali menjadi air laut yang akan mengalami evaporasi lagi.
2.    Siklus  Sedang

download (4).jpg
Air laut mengalami evaporasi menuju atmosfer, dalam bentuk uap air karena panas sinar matahari. Angin yang bertiup membawa uap air laut ke arah daratan. Pada ketinggian tertentu, uap air yang berasal dari evaporasi air laut, sungai, dan danau terkumpul makin banyak di udara. Suatu saat uap air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi, kemudian menjadi hujan. Air hujan yang jatuh di daratan selanjutnya mengalir ke parit, selokan, sungai, danau, dan menuju ke laut lagi.
3.    Siklus Panjang

images (1).jpg
Panas sinar matahari menyebabkan evaporasi air laut. Angin membawa uap air laut ke arah daratan dan bergabung bersama dengan uap air yang berasal dari danau, sungai, dan tubuh perairan lainnya, serta hasil transpirasi dari tumbuhan. Uap air ini berubah menjadi awan dan turun sebagai salju di puncak gunung maupun presipitasi (hujan). Air hujan yang jatuh, sebagian diserap oleh tumbuhan serta sebagian lagi mengalir di permukaan tanah (run off)menuju parit, selokan, sungai, danau, dan selanjutnya ke laut. Sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) menuju lapisan-lapisan tanah berikutnya (perkolasi) menjadi air tanah. Air tanah di tempat-tempat tertentu seperti daerah patahan, juga dapat muncul kembali ke permukaan menjadi sumber mata air. Siklus panjang merupakan siklus yang berlangsung paling lama dan prosesnya paling lengkap.

B.   PERAIRAN DARAT
1.      Air Tanah

download (5).jpg

a.       Air Tanah Dalam (ground water)
Air tanah dalam adalah air tanah yang berada di bawah lapisan air tanah dangkal dan di antara dua lapisan batuan kedap air.
b.      Air Tanah Dangkal (connat water)
Air tanah dangkal adalah airtanah yang berada di bawah permukaan tanah dan di atas lapisan batuan kedap air atau tidak lolos air (impermeable). Air tanah dangkal merupakan akuifer atas dan disebut pula dengan air freatis.

2.      Air Permukaan

download (3).jpg
       I.            Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu: limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak-anak sungai, dan limpasan dari air tanah.
Sungai dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini antara lain berdasarkan struktur lapisan batuan, arah aliran, keadaan aliran air sungai, sumber airnya, dan pola alirannya.

Berdasarkan struktur lapisan batuan yang dilalui, sungai dibedakan sebagai berikut.
a.       Sungai Anteseden, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapt terjadi bila pengangkatan tersebut berjalan dengan lambat. Contoh: Sungai Oya di Yogyakarta yang mengikis Plato Wonosari.
b.      Sungai Epigenesa, yakni sungai yang terus-menerus mengikis batuan yang dilaluinya sehingga dapat mencapai daerah batuan induk.

Berdasarkan arah aliran yang dilaluinyam, sungai dibedakan sebagai berikut.
a.     Sungai Konsekuen Lateral, yaitu sungai yang arah alirannya menuruni lereng-lereng asli yang ada di permukaan bumi.
b.    Sungai Konsekuen Longitudinal, yaitu sungai yang alirannya sejajar dengan   antiklinal (bagian puncak gelombang pegunungan).
c.     Sungai Subsekuen, yaitu sungai yang alirannya tegak lurus sungai konsekuen dan   bermuara pada sungai konsekuen.
d.     Sungai Obsekuen, yaitu sungai yang alirannya berlawanan dengan arah kemiringan lapisan batuan dan meruoakan ank sungai subsekuen.
e.    Sungai Resekuen, yaitu anak sungai subsekuen dan alirannya searah dengan sungai konsekuen.
f.     Sungai Insekuen, yaitu sungai yang alirannya teratur dan tidak terikat dengan lapisan batuan yang dilaluinya.

Berdasarkan keadaan aliran airnya, sungai dibedakan sebagai berikut.
a.       Sungai Periodik (intermiten), yaitu sungai yang hanya berair pada musim hujan.
b.      Sungai Episodik (perenial), yaitu sungai yang selalu mengalir airnya, baik pada musim kemarau maupun musim hujan.

Berdasarkan sumber airnya, sungai dibedakan sebagai berikut.
a.       Sungai Hujan, yaitu sungai yang sumber mata airnya berasal dari air hujan.
b.      Sungai Gletser, yaitu sungai yang airnya berasal dari salju yang mencair.
c.      Sungai Campuran, yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser.

Berdasarkan pola alirannya, sungai dibedakan sebagai berikut.

a.   Paralel adalah pola aliran yang teradapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali, sehingga gradien dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus.
b.   Rectangular pola aliran menyirip seperti daun dan anak-anak sungainya membentuk sudut siku-siku terhadap induk sungai, biasa terdapat di daerah pegunungan patahan.
c.    Anggulate adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku-siku tetapi lebih kecil atau abih besar dari 90o.
d.    Radial Centrifungal pola aliran yang menyebar meninggalkan pusat, terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.
e.    Radial Centripetal pola aliran yang mengumpul menuju pusat, terdapat didaerah cekungan.
f.     Trellis pola aliran menyirip seperti daun dan anak-anak sungainya membentuk sudut siku-siku terhadap induk sungai, biasa terdapat di daerah pegunungan lipatan.
g.    Annular pola aliran melingkar didaerah dome atau perbukitan.
h.   Dendritic pola aliran yang tidak teratur, bentuknya seperti akar pohon, biasa terdapat di daerah dataran atau dataran pantai. terdapat juga di dataran tinggi atau plateau. 


     II.            Danau
Danau ialah kumpulan air dalam sekungan tertentu, yang biasanya berbentuk mangkuk. Danau mendapatkan airnya dari curah hujan, sungai-sungai, serta mata air, dan air tanah. Ketiga sumber tersebut bersama-sama dapt mengisi dan memberikan suplai air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen, artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebalinknya, bila sumber air pengisi danau itu hanya salah satu unjsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu umumnya bersifat temporer atau periodik. Artinya, danau tersebut pada waktu-waktu tertentu kering.

Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a.      Danau Air Asin
Pada umumnya danau air asin terdapatdi daerah semiarid dan arid, di mana penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Contoh Great Salt Lake
b.      Danau Air Tawar
Danau air tawar terutama terdapat di daerah-daerah humid (basah) di mana curah hujan tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali ke laut.

Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
a.      Danau Tektonik
Danau tektonik terjadi karena gerak dislokasi (perpindahan lokasi) di permukaan bumi yang menimbulkan bentuk-bentuk patahan, lipatan, dan gerakan kulit bumi sehingga terjadi penurunan.
b.      Danau Lembah Gletser
Setelah zaman es berakhir, daerah-daerah yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan diisi oleh air.
c.      Danau Vulkanis
Danau ini terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanis. Pada bekas suatu letusan gunung api akan timbul suatu cekungan yang disebut depresi vulkanis. Jika dasar cekungan tersebut kemudian tertutup oleh material vulkan yang tembus air, hujan yang jatuh akan tertampung dan membentuk danau vulkanis.
d.      Danau Dolina
Danau Dolina/Dolin merupakan danau yang terdapat di daerah karts dan umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Bila di dasar dan tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang merupakan bahan yang tak tembus air, maka air hujan yang jatuh tertampung di dolina tak dapat terus masuk ke tanah kapur, sehingga terjadilah danau dolina.
e.      Danau Terbendung
Bahan-bahan lepas maupun terikat, misalnya runtuhan gunung, moraine ujung dari gletser, aliran lava yang membendung lembah sungai, sehingga aliran airnya akan tertahan dan akhirnyamembentuk danau. Di sini termasuk pula danau hasil bendungan manusia yang disebut waduk atau dam.
f.       Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)
Danau tapal kuda terbentuk dari material hasil erosi yang terendapkan pada waktu kecepatan aliran sungai menurun. Pengendapan ini menutup aliran sungai pada meander sehingga meander sungai terpisah dengan aliran sungai yang baru. Meander sungai yang terpisah dan terisi air membentuk suatu danau tapal kuda (oxbow lake) atau kali mati.

     III.               Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi. Wilayah rawa yang luas terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya.

Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
a.         Rawa yang Airnya selalu Tergenang
Tanah-tanah di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena lahanny tertutup tanah gambut yang tebal.
b.        Rawa yang Airnya tidak selalu Tergenang
Rawa jenis ini menampung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air laut surut.


C.     PERAIRAN LAUT
Pantai : daratan yang berbatasan dengan laut.
Ombak : gerakan air laut akibat tiupan angin di permukaan laut.
Arus : gerakan air laut dengan arah teratur dan tetap.

a.       Jenis Laut
Berdasarkan proses terjadinya :
·         Laut transgresi: daratan digenangi air laut (laut dangkal). Contoh: L. Jawa, L. Arafuru.
·         Laut ingresi: penurunan dasar laut (tenagatektonik). Contoh: L. Karibia, L. Banda, L. Sulawesi.
·         Laut regresi: penyempitan laut. 

Berdasarkan kedalamannya :
·         Zona litoral: daerah pasang-surut.
·         Zona neritis: kedalaman 200 m, banyak terdapat ikan, cahaya bisa menembus.
·          Zona batial: 200 – 2000 m. Tidak ditembus matahari
·         Zona abisal: > 2000 m, termasuk lubuk laut dan palung laut.

Berdasarkan letaknya :
·         Laut tepi: perbatasan benua dan samudera. Contoh : L. Jepang.
·         Laut tengah: di antara dua benua. Contoh: L. Tengah, L. Merah.
·         Laut dalam/pedalaman: dikelilingi daratan. Contoh: L. Hitam, L. Mati.

b.      Wilayah Laut Suatu Negara
·         Laut teritorial: 12 mil dari garis pantai.
·         Laut nusantara: di antara pulau.
·         Laut kontinen: kedalaman 200 m.

·         Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE): 200 mil dari pulau terluar.